Di sekolah, kita mengenal pengelompokan kelas di sekolah menengah pertama maupun menengah atas. Seperti kelas akselerasi dan kelas unggul. Di beberapa sekolah mungkin ada pengelompokan yang lain. Pengelompokan kelas ini bertujuan untuk memudahkan guru mengajar mereka dan mencegah murid yang kurang mampu untuk masuk ke kelompok murid yang lebih mampu.
Pengelompokan antar kelas di sekolah menengah atas membagi murid ke dalam jalur persiapan ke universitas dan jalur umum. Di dalam dua jalur ini, dapat dilakukan pengelompokan lebih jauh, seperti dua level pelajaran metematika untuk murid yang akan masuk kuliah.
Cara ini menstigmatisasi murid yang dimasukkan dalam kelompok kelas lemah. Misalnya, murid dapat dicap sebagai kelompk ‘jalur lambat’. Kelas jalur lambat sering diajar oleh guru yang kurang berpengalaman, sedikit sumber daya dan ekspektasi rendah. Pengelompokan ini dipakai untuk memisahkan murid berdasarkan etnis dan status sosioekonomi karena hanya sedikit murid etnis minoritas yang masuk kelas jalur cepat. Dengan demikian, pengelompokan ini mengulang kembali pemisahan di dalam sekolah.
Para periset telah menemukan bahwa pengelompokan ini mengganggu prestasi murid jalur lambat. Tapi pengelompokannya bermanfaat bagi murid jalur cepat.
Salah satu variasi pengelompokan kemampuan antarkelas adalah program nongraded(lintas usia), dimana murid dikelompokkan bukan berdasarkan usia atau levelnya tetapi berdasarkan subjek tertentu. Misalnya kelas bahasa Inggris mungkin terdiri dari kelas satu, dua dan tiga yang dikumpulkan karena kemampuannya sama. Contoh dari program ini adalah Joplin Plan, yaitu program nongraded untuk pelajaran membaca.
Jadi, jelaslah bahwa pengelompokan mengandung efek negatif terhadap murid di kelas jalur lambat. Ketika jalut itu disediakan, penting untuk memberi murid yang lamban dalam belajar sebuah kesempatan untuk meningkatkan kinerja akademik mereka dan karenanya mereka bisa pindah jalur. Di San Diego Country Public School, program Achieving Via Individual Determination(AVID) memberikan bantuan kepada murid yang lamban belajar. Mereka tidak ditempatkan di jalur lambat, tapi dimasukkan dlam kelas dengan pelajaran yang ketat dengan tetap diberi bantuan agar berprestaasi.
Pengolompokan adalah isu kontrovesial karena membatasi kemampuan murid yang dikelompokkan sebagai kelompok lemah belajar. Sering skor pada tes IQ kelompok dipakai untuk menempatkan murid dalam jalur khusus. Peneliti telah menemukan bahwa tes IQ kelompok bukan prediktor yang baik tentang seberapa bagus murid dalam mempelajari area tertentu.
Sumber :
Santrock, J.W. 2010. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Jakarta: Kencana
0 komentar:
Posting Komentar