Minggu, 17 Juni 2012

UAS paedagogi ^^v *fighting

5 komentar:

Nurul Mukhlisah mengatakan...

Menurut saya maksud dari pernyataan di atas adalah pentingnya memahami teori yang berguna untuk membuat suatu perencanaan sebelum melakukan pengajaran. Sehingga sesuai dengan bentuk prisma yang menggambarkan bahwa ilmu paedagogi itu tidak terlepas dari hal yang bersifat teoritis dan praktis.

Misalnya seperti dalam proses Micro Teaching, kami mencari konsep atau teori yang sesuai dengan topik yang akan diajarkan. Teori ini berguna untuk membuat perencanaan sehingga prosesnya terjadi secara sistematis. Teori yang kami pakai adalah teori "Belajar sambil bermain" seperti yang dikemukakan oleh Mayesty, 1990: 196-197, dalam Sujiono, Yuliani, bahwa Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Tentunya kami harus memahami dasar teori yang kami ambil. Maka jika terjadi sesuatu yang tidak terduga di lapangan, modifikasi paedagogi nya pun dapat dilakukan sesuai dengan jalur konsep dasar tersebut.

psipddk3sks mengatakan...

2. Lalu coba lihat halaman 112, sejumlah daftar pertanyaan tersebut apakah memiliki relevansi dengan proses micro teaching kelompok anda?

Nurul Mukhlisah mengatakan...

Ya, pertanyaan tersebut memiliki relevansi dengan proses mcro teaching kelompok kami.
Dikatakan bahwa pertanyaan di atas menawarkan aspek strategis sebagai contoh paedagogi. Pertanyaan ini dapat menjadi panduan seorang pengajar dalam proses paedagogi. Dalam proses micro teaching kami seakan berusaha menjawab petanyaan tersebut. Karena hal-hal yang dipertanyakan memang merupakan hal-hal yang akan dipertanyakan oleh seorang pengajar ketika merencanakan sutu proses paedagogi. Begitu juga dengan kami ketika membuat perencanaan. misalnya saat kami merencanakan bahwa kami akan membacakan dongenng pada anak-anak tersebut. Sesuai dengan pertanyaan mengenai pemecahan masalah, pertanyaan “apa yang bisa salah dalam pengajaran dan bagaimana cara mengetasinya?” Maka kam berasumsi bahwa kesalahan yang mungkin terjadi dalam pembacaan dongeng yaitu ketika kami menyampaikan dongeng dengan terlalu serius sehingga anak-anak cepat merasa bosan, atau karena dongengnya yang terlalu panjang. Maka kami merencanakan bahwa jika terjadi kesalahan seperti itu maka kami akan membawa anak-anak tersebut untuk bermain di luar.

Namun, dalam proses micro teaching yang kami lakukan, kami tidak dapat menjawab pertanyaan mengenai Penggunaan TIK, karena kami tidak mengambil aspek pengajaran TIK kepada anak-anak TK Nurmala tempat kami melakukan micro teaching

psipddk3sks mengatakan...

3. Sehubungan dengan jawaban pada soal nomor dua, coba anda jelaskan peran dari "guru memiliki tugas tambahan untuk mendorong, memfasilitasi dan merangsang munculnya proses, membantu meyakinkan bahwa hal itu berkembang dalam arah yang menarik dan produktif bagi siswa (halaman 121). Apakah hal tersebut terjadi pada anda saat menjalankan micro teaching? coba jelaskan.

Nurul Mukhlisah mengatakan...

ya, hal tersebut terjadi saat kami menjalankan micro teaching. Contoh konkritnya kami mendorong, memfasilitasi dan merangsang munculnya proses adalah misalnya dalam bermain plastisin, banyak dari anak-anak tersebut mengeluh 'ibuk ini gimana cara buatnya?' Mereka tidak tahu cara bermainnya karena sebagian dari mereka tidak pernah bermain membentuk plastisin. Maka kami mendorong mereka, dengan cara mengejari mereka suatu bentuk, misalnya nama mereka. Karena mereka sudah bisa menulis, mereka bisa membentuk nama mereka dari plastisin tersebut. Nah,plastisin tersebut merupakan fasilitas yang kami berikan kepada mereka dan kami merangsang mereka dengan memberi apresiasi kepada mereka ketika mreka sedang mencoba membuat bentuk sehiingga mereka terdorong untuk meelesaikan bentuk tersebut.

Posting Komentar