Rabu, 28 Maret 2012

Paedagogi Praktis Abad Ke-21

Liliyana Sari       (10-029)
Zukhrini Khalish (10-053)
Nurul Mukhlisah (10-117)


Pedagogis praktis adalah penerapan dari pedagogi yang merupakan ilmu tentang seni mengajar. Pada abad ke-21, seorang pengajar bukan hanya perlu memiliki kemampuan berupa ilmu pengetahuan tetapi juga kemampuan untuk mengajar. Siswa di abad ke-21 berbeda dengan siswa abad 20'an. Cara mengajar guru pun berbeda - beda, ada yang megajar dengan lemah lembut, keras, humoris, dan sebagainya. Dari pengakuan para orang tua dahulu, guru yang mengajar mereka masih menggunakan sistem yang keras, bila tidak bisa membaca, berhitung, tidak mengerjakan tugas, membuat onar dan sejenisnya, mereka akan mendapat hukuman beragam. Disuruh berdiri didepan kelas, berdiri di lapangan dengan terik matahari, dipukul ujung jarinya, dan lain - lain. Hukuman semata untuk membuat para siswa jera atas kelakuan mereka yang melanggar peraturan. 
Namun, kini para siswa sudah mulai bisa mengerti hak asasi manusia dan mulai menyalahgunakannya. Bila ada guru yang menghukum mereka, maka akan melaporkanya kepada orang tua mereka dengan pengaduan tindak kekerasan. Maka dari itu guru harus mengubah cara mengajar mereka menjadi lebih lembut namun tetap tegas tetapi, tidak banyak dari mereka yang akhirnya jenuh dengan tindakan para siswa yang sering kelewat batas. 
Maka dari itu, para pengajar perlu membekali diri mereka dengan berbagai kemampuan. Pengetahuan, TIK, moral, dan seni mengajar, dengan demikian para guru mampu untuk menghadapi tantangan mengajar di abad 21 ini.  
Tantangan di atas merupakan tantangan yang berat yang harus kita hadapi dengan kesiapan diri dan menggunakan ramuan yang tepat. Ramuan ini tentunya berbeda dengan apa yang pernah kita terapkan sebelumnya. Bila saja formulasi yang dipakai keliru, maka perubahan zaman justru akan menjadi racun bagi generasi mendatang.

1. Work ethic, merupakan sebuah sistem prinsip prinsip dalam kinerja berupa aturan-aturan perilaku. Work ethic di dunia kerja berupa kecakapan dalam menunaikan tugas dan ketaatan pada aturan-aturan yang telah ditetapkan serta kecakapan menjaga etika dalam hubungan antar personal. Bagi guru, aturan tersebut sudah tertuang jelas pada Undang-Undang Guru dan Dosen beserta perangkat lainnya seperti Permendiknas yang bisa di unduh secara bebas via internet.

2. Collaboration, adalah kecakapan membangun jaringan kerjasama dengan orang lain. Karena, di masa kini sehebat apapun seseorang tentu tidak aka nada artinya apa-apa bila tidak memiliki jaringan.

3. Good communication, adalah kecakapan berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan orang lain baik secara individu atau kelompok.

4. Social responsibility, adalah kecakapan untuk ikut memiliki rasa tanggung jawab sosial.

5. Critical thinking and problem solving, adalah kecakapan berfikir kritis dan kecakapan memecahkan permasalahan. 

 
 
Refrensi  :
Danim. 2010. Paedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta 

Minggu, 18 Maret 2012

Paedagogi Teoritis dan Prinsip-prinsip Paedgogis


           Paedagogi berhubungan dengan pembentukan generasi baru, yaitu pengaruh pendidikan sebagai system yang bermuara pada pengembangan individu atau peserta didik. Paedagogi juga bermakna ilmu pendidikan atau ilmu pengajaran. Kata sifat untuk istilah paedagogi adalah paedagogis. Makna paedagogi adalah sadar terhadap arah tujuan dan cirri dasar dari proses paedagogi.
Alberto Garcia et al (2005) mengkonseptualisasikan peadagogis sebagai tindakan guru dan siswa dalam konteks organisasi sekolah, dimana interaksi itu dilakukan berdasarkan teori paedagogis tertentu, berorientasi pada tujuan instusional dan dikembangkan dalam interaksi yang dekat dengan keluarga dan masyarakat untuk mencapai pembentukan siswa secara sehat.
Dalam kerangka analisis, proses paedagogis menjadi penting untuk mempertimbangkan beberapa prinsip yang memandu proses paedagogis itu. Prinsip paedagogis merupakan tesisi dasar teori psikopaedagogis, pada arah proses paedagogi yang menjadi standar dan prosedur tindakan untuk menentukan dasar paedagogis yang paling penting dalam proses pendidikan kepribadian. Oleh karena itu, setiap konten yang pembelajar ambil di sekolah harus berguna dalam kehidupan sehari-hari, kini dan kelak. Prinsip berikutnya adalah merujuk pada kesatuan pengajaran, pendidikan dan perkembanngan proses, karena didasarkan pada kesatuan diakletis anatara pendidikan dan pengajaran yang harus terkait dengan kegiatan pembangunan pada umumnya.
 Proses paedagogis juga mengambil prinsip bahwa domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering. Maksudnya adalah proses paedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia: kemungkinan mengetahui dunia sekitarnya dan dunianya sendiri, serta pada saat yang sama perasaan dan tindakan kemungkinan menjadi terpengaruh oleh dunia itu.
Prinsip terakhir proses paedagogis adalah bahwa masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain. Msialnya, aspek kepribadian dibentuk dan dikembangkan atas aktivitas   dan melalui proses komunikasi. Sepanjang seluruh hidupnya, siswa menjalankan sejumlah besar kegiatan dan berkomunikasi terus-menerus. Elemen-elemen ini pad dasarnya merupakan proses pendidikan kepribadian.

Daftar Pustaka:
            Danim, Prof. Dr. Sudarwan. 2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Penerbit Alfabeta

Kaitan Paedagogi dan Paradigma Belajar

Kaitan Paedagogi dan Paradigma Belajar
    Di kelas, guru berhadapan dengan siswa dari berbagai latar belakang, kepribadian, cara belajar, dan banyak lagi perbedaan setiap siswa di dalam kelas. Oleh karena itu guru harus memikirkan strategi untuk menyampaikan materi kepada seluruh siswanya, bagaimana caranya agar setiap siswa mengerti tentang materi yang diajarkan.  Setiap strategi didasari para paradigm yang berbeda mengenai cara siswa belajar. Guru akan menjadi lebih efektif bila dia secara sadar memilih untuk menggunakan strategi mengajar, memperluas perbendaharaan strategi, dan ahli dalam menggunakan strategi itu. Berikut dijelaskan lima strategi yang dimaksud: 
Strategi 1: Pelatihan dan pelatihan lanjut. Seorang guru hendaknya mengembangkan keterampilan dasar dan lanjutan siswa dengan tujuan yang jelas, melaksanakan keterampilan tersebut dengan langkah-langkah tertentu dan memperkuat setiap kemajuannya. 
Strategi 2: Ceramah dan menjelaskan. Guru menyajikan informasi dengan cara yang mudah dipahami oleh siswa, mudah diproses dan diingat. 
Strategi 3:  Mencari dan menemukan. Merupakan pembelajaran keterampilan berpikir, pemecahan masalah, dan kreativitas melalui penyelidikan dan penemuan. 
Strategi 4: Kelompok dan tim. Guru membagi siswa ke dalam kelompok, dimana mereka berbagi informasi, bekerja secara kooperatif pada pembelajaran proyek, serta mengeksplorasi sikap, pendapat, dan keyakinan. 
Strategi 5: Pengalaman dan refleksi. Guru mendorong siswa untuk merefleksikan pembelajaran yang terjadi di lingkungan kerja, magang, studi wisata atau kegiatan di luar ruangan. 
    Kelima strategi ini dapat digunakan dengan materi pelajaran dalam pengaturan apapun dan di setiap kelompok usia siswa bahkan juga untuk siswa perguruan tinggi. 

Daftar Pustaka:
Danim, Prof. Dr. Sudarwan. 2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Penerbit Alfabeta

Sabtu, 10 Maret 2012

Seni dan Ilmu Mengajar

                Senin itu, tanggal 5 Maret di kelas Paedagogi, aku dan teman-teman dengan laptop dihadapan kami, sedang berkutat mendengarkan instruksi dari Bu Dina sambil mempraktekkan langsung dengan laptop kami. Hari itu kami mecoba untuk sign up ke editgrid.com dan log in ke USU E-Learning.
                Jika dihubungkan dengan materi pertama Paedagogi, yang dilakukan oleh Bu Dina pagi itu sesuai dengan materi tersebut, yaitu “Seni dan Ilmu Mengajar”.
                Mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Cara guru memandu dan metode kerjanya membuat belajar siswa menjadi lebih mudah dan efektif. Inilah letak seni mengajarnya. Hari itu Bu Dina mengajar dan mentransformasikan bahan ajar kepada kami dengan menggunakan media teknologi, yaitu laptop dan internet.  Awalnya kami bingung dengan instruksi beliau, namun Bu Dina mendatangi teman-teman yang kesulitan dan membantunya. Teman-teman yang sudah mengerti mengajarkan ke teman-teman lain dan akhirnya kami semuanya dapat mengerti yang diajarkan oleh Bu Dina.
                Badan Nasional Standar Profesional Pengajaran di Amerika Serikat telah membuat rumusan yang baik tentang pengajaran, dimana guru memfasilitasi peluang belajar siswa tidak hanya sekedar menempatkan orang-orang muda di lingkungan edukatif, melainkan juga harus memotivasi mereka, menangkap pikiran dan hati mereka, serta melibatkan mereka aktif dalam pembelajaran. Guru berperan dalam mendorong dan membangkitkan gairah baru siswa untuk membangun jembatan antara apa yang mereka ketahui dan dapat lakukan, serta bagaimana mereka mampu menjadi pembelajar yang kontinyu. Guru juga harus mampu melakukan dan menangani proses kreatif secara tidak terduga.
                Jadi intinya, Bu Dina memotivasi kami dan membuat kami berperan aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran itu bisa lebih efektif karena kami mencoba sendiri apa yang sedang kami pelajari.

Daftar Pustaka:
Danim, Prof. Dr. Sudarwan. 2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Penerbit Alfabeta
.